WARUNG ANGKRINGAN HOTSPOT baru di Durenjaya, Bekasi

Warung Angkringan Hotspot
NASI KUCING R.I.
Prembun Kebumen SirnoboyoAsli

Bekasi, webrizal.com
Durenjaya, Bekasi ada Hotspot baru yang memang enak buat nongkrong, terutama buat anda yang mau main internet hotspot 24 jam penuh dan tinggal di dekat daerah Kota Bekasi. Walau Soft-launching nya buka pertengahan Mei tapi kamu bisa hunting lokasinya kini untuk cari tahu tempat hangout di Durenjaya, namanya Warung Angkringan Hotspot, Nasi Kucing R.I. dengan pelayanan dan makanan asli Prembun Kebumen Sirnoboyo.


Pengelolanya adalah Mas Sum, seorang duda dengan anak cowoknya yang ganteng seperti artis keren Vicky siapa gettu (gue lupa itu loh yang main film Rock n Roll barengan sama Nadya Chandrawinata... maklum lah gue kan cowok mana inget sama artis cowo... kalo cewek sih gpp!). Mas Sum adalah orang Prembun asli yang besar di desa Sirnoboyo, 5km sebelah selatan dari kota kecil Prembun Kabupaten Kebumen. Itulah sebabnya nama Warung angkringannya Prembun Kebumen, Sirnoboyo, demikian jelasnya sambil tersenyum.

Kayaknya neh warung angkringan hotspot bakal dipoenuhin sama abg cewek... abis gimana enggak, penjaga warungnya kayak bertampang model dan artis gitu... Coba ada pelayan ceweknya yang kayak model juga yah...? (kalo bisa yang kayak Luna Maya lah!)

Saat ditanya kenapa baru buka (soft launching) pertengahan bulan Mei, lelaki beranak dua ini mengatakan bahwa sebenarnya mau dibuka secara resmi di akhir bulan Mei. Namun karena pihak pemodal, bapak Nasution dan manajemen akan merenovasi seluruh rukonya menjadi Warung Angkringan yang nyaman, jelasnya.

Fasilitas yang ada selain Hotspot dan Televisi layar dinding (menggunakan Focus Projector langsung ke pesawat TV dan komputer), so kita bisa menikmati nonton bola bareng atau hanya sekedar berselancar di Internet sepuasnya dengan laptop masing-masing.

Adapun pilihan jajanannya yang serba ringan dan murah ini adalah sebagai berikut:

MAKANAN DIJUAL Harga
  • - Nasi Kucing Prembun ---------------------- Rp2.000,00
  • - Nasi Goreng Kebumen ---------------------- Rp2.000,00
  • - Nasi Uduk Sirnoboyo ---------------------- Rp2.000,00
  • - Nasi Kuning ala Nasution ---------------------- Rp2.000,00
  • - Bakwan ala Sidik ---------------------- Rp2.000,00
  • - Tahu Goreng ala Aris ---------------------- Rp2.000,00
  • - Tahu Isi ala mas Dian ---------------------- Rp2.000,00
  • - Tempe Goreng ala Eyang ---------------------- Rp2.000,00
  • - Ubi Goreng Medan ---------------------- Rp2.000,00
  • - Singkong Goreng Jawa ---------------------- Rp2.000,00
  • - Risoles Palembang ---------------------- Rp2.000,00
  • - Tahu Fantasi ---------------------- Rp4.000,00
  • - Pastel Daeng ---------------------- Rp4.000,00
  • - Lemper Isi ala Bali ---------------------- Rp4.000,00
  • - Arem-arem / Bacang ala Medan ---------------------- Rp4.000,00
  • - Lontong Biasa ala Eddy EW ---------------------- Rp2.000,00
  • - Pisang Coklat ala Makcik ---------------------- Rp2.000,00
  • - Pisang Goreng ala Makcik ---------------------- Rp2.000,00
  • - Sate Telur Puyuh ---------------------- Rp2.000,00
  • - Sate Usus Ayam ---------------------- Rp2.000,00
  • - Sate Ampela Ati ---------------------- Rp2.000,00
  • - Combro ala Abi ---------------------- Rp2.000,00
  • - Misro ala Ummi ---------------------- Rp2.000,00
  • - Martabak Telor ala Lulu ---------------------- Rp2.000,00
  • - Getuk Singkong ---------------------- Rp2.000,00
  • - Black Forrest Diana ---------------------- Rp2.000,00
  • - Kubik Donat ---------------------- Rp2.000,00

MINUMAN DIJUAL Harga
  • - Wedang Jahe Prembun ---------------------- Rp3.000,00
  • - Wedang Jahe Susu Kebumen ---------------------- Rp3.000,00
  • - Jahe Madu ala Sirnoboyo ---------------------- Rp3.000,00
  • - Kopi Tubruk ala Eyang ---------------------- Rp3.000,00
  • - Kopi Habbatussauda ---------------------- Rp3.000,00
  • - Kopi Ginseng ala Turki ---------------------- Rp2.400,00
  • - Kopi Susu ala mas Dian ---------------------- Rp2.000,00
  • - Kopi Jahe ala mas Sum ---------------------- Rp3.000,00
  • - Kopi Jahe Susu ala Yugo ---------------------- Rp3.000,00
  • - Jeruk Panas ala Rizal ---------------------- Rp3.000,00
  • - Es Jeruk ala Iin ---------------------- Rp3.000,00
  • - Softdrinks ---------------------- Rp3.000,00


Apalagi dia sedang masa promo, pihak manajemen WAH (Warung Angkringan Hotspot) Nasi Kucing R.I. sedang mengadakan quiz Trivia. Para calon pengunjung bisa menentukan sendiri nama lengkap kepanjangan dari akronim R.I. pada merk Nasi Kucing R.I. (atau NKRI).

Buat komentar dan penjawab terbaik mereka akan mendapat voucher diskon 50% atau senilai dengan Rp.100.000 untuk sepuluh orang.

Contoh :
R.I. = Ridho Ilaahi
R.I. = Republik Indonesia
R.I. = Restu Ibu
R.I. = Rasa Istimewa

Kirimkan e-mail ke bekasikukotaku@gmail.com atau sms ke 081.385.386.583, batas waktu hingga 30 Desember 2009

--------------------------------------------------------------------------------------------
Artikel Nasi Kucing Warung Angkringan lainnya:

Angkringan Dan Nasi Kucing


Mungkin temen2 sekalian pernah denger dari sodara2 atau teman2 yg kuliah di yogya apa itu nasi kucing apa itu angkringan


Angkringan adalah tempat berjualan berbagai macam makanan yang ada di hampir setiap ruas jalan dan gang Jogjakarta. Kalau boleh mendiskripsikan, angkringan itu berwujud seperti sebuah gerobak dorong yang berisi penuh makanan dan jajan, beroperasi di sore, malam dan dinihari dan menggunakan penerangan lampu senthir (kebanyakan) serta temaramnya lampu-lampu mercury jalanan Jogja.

Konsumen angkringan, meski sering dicap sebagai warung rendahan, pada kenyataannya terdiri dari berbagai kalangan. Mulai dari tukang becak, anak2 perantauan, mahasiswa, budayawan dan seniman, karyawan hingga eksekutif kadang tak sungkan menghabiskan malam untuk menyantap makanan dan minum teh jahe di Angkringan.

Perilaku konsumen pun bermacam-macam di sana. Ada yang hanya membeli untuk dibawa pulang, ada pula yang membeli, makan sebentar lalu pulang, namun yang paling sering ditemui adalah membeli, ngobrol, membeli lagi, dan ngobrol lagi di warung angkringan bersama rekan maupun “rekan-rekan” baru yang ditemui dan di kenal di sana. Otomatis, di angkringan tidak ada pembedaan strata sosial, agama maupun ras. Mereka semua sama di keremangan lampu senthir, sebagai sosok anak manusia yang makan dan minum dari tangan penjual yang sama.


Nasi kucing (atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan "segå kucing") bukanlah suatu menu tertentu tetapi lebih pada cara penyajian nasi bungkus yang banyak ditemukan pada warung angkringan. Dinamakan "nasi kucing" karena disajikan dalam porsi yang (sangat) sedikit, seperti menu untuk pakan kucing. Nasi kucing adalah sebentuk nasi rames, dengan menu bermacam-macam: tempe kering, teri goreng, sambal goreng, babat, bandeng, usus, kepala atau cakar ayam serta sate telur puyuh, yg semangkin nikmat kalau dibakar dahulu sebentar sebelum disajikan.
Nasi yang disajikan dapat berupa nasi biasa maupun nasi gurih (nasi uduk)dan di dalam porsi yg sedikit tersebut diberi lauk sambal bajak (cabe digoreng dahulu) dan sepotong kecil pindang bandeng goreng. Jika makannya ditemani minuman hangat berbahan dasar jahe (jahe coklat, jahe kopi, dan jahe teh) maka segala sakit kepala - masuk angin akan hilang dengan sendirinya. Di Solo dikenal dengan sebutan Sego Kucing Warung Hiik.
Nasi kucing dikenal di berbagai tempat di Jawa Tengah (termasuk Yogyakarta) dan sangat populer di kalangan mahasiswa karena harganya lumayan murah untuk ukuran kantong anak kos-kosan, selain itu rasanya juga pas di lidah orang Indonesia.


Kiriman Dari: "Agung Prihraharjo"
----------------------------------------------------------------------------------------------
Warung Angkringan ala Batam Jadi Tempat Mangkal Anak Muda
Selasa, 10 Pebruari 2009

Ada yang Mengira Pakai Daging Kucing

Krisis finansial, ternyata masih berbuah manis bagi sebagian warga. Sendy Sinnay, salah satunya. Warung angkringan Wonolopo yang baru ia dirikan sebulan, ternyata mendapat sambutan baik. Kini mereka berencana buka satu lagi di Batam Centre. Seperti apa kisahnya?
RIBUT SANTOSA, Batam
Mejanya berderet di hamparan karpet hitam memanjang di pinggiran parkiran Komplek Sulaiman Plaza, Nagoya, Batam. Penerangannya, hanya mengandalkan sinar lampu ruko di sekitarnya dan sorotan lampu kendaraan yang berseliweran di jalan Teuku Umar, Nagoya. Agak remang-remang, memang. Namun pengunjungnya lumayan ramai. Apalagi saat malam minggu, kadang sampai harus antre untuk bisa dapat meja.
Para pengunjung, terutama anak-anak muda betah berlama-lama nongkrong di warung dengan menu khas warung angkringan di Kota Yogyakarta dan Solo ini, seperti nasi kucing, wedang jahe, mendoan, telur bacem, teh tubruk, ceker bacem, dan lain-lain.
”Tempatnya santai, enak untuk ngobrol,” ujar Kamaruzaman, salah seorang pengunjung yang sampai menunggu 15 menit untuk mendapatkan meja.
Bagi sebagian warga Batam, terutama yang pernah kuliah di Yogyakarta atau pernah tinggal di Kota Gudeg, menu angkringan memang banyak memberi kenangan tersendiri. Harganya sangat terjangkau dan banyak membantu mahasiswa menekan biaya makan sebulan.
”Banyak yang merasa seperti sedang berada di Yogya setelah duduk dan melihat menu masakannya,” ujar Sendy Sinnay membuka obrolan ketika Batam Pos berkunjung ke angkringanya, malam minggu lalu.
Sementara bagi pengunjung yang belum mengenal menu makanan ini, tak sedikit yang penasaran dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang membuat Sendy tersenyum. Pernah seorang pengunjung menanyakan soal menu nasi kucing. Pengunjung mengira pakai daging kucing, padahal menu itu hanya terdiri atas nasi, sambel, ikan teri atau telur dadar. Tak ada sedikit pun mengandung daging kucing atau daging yang lain.
Kata beberapa orang Yogyakarta, nasi ini dinamakan nasi kucing karena porsinya yang serba kecil plus ikan dan murah. Ada yang bilang karena ada ikan terinya jadi seperti makanan kucing. Malah ada juga di salah satu blogspot yang bilang, sebutan nasi kucing hanya untuk menghaluskan nama bahwa nasi ini untuk kelas berkantong cekak dan sangat terjangkau untuk pelajar dan mahasiswa. Namun terlepas dari makna nama itu, nama nasi kucing kini sudah cukup dikenal orang.
Pembelinya pun berkembang tak hanya sebatas yang berkantong cekak. Anak gedongan pun banyak yang jadi langganan.
Meskipun banyak mengadopsi menu nasi angkringan di Yogyakarta, namun Sendy lebih suka menyebut warungnya ini sebagai sebuah revolusi angkringan. Tanpa gerobak khas angkringan dan bangku untuk duduk. Semua pengunjung lesehan. Tampil di tengah kota dengan suasana lebih nyaman dan bersih. Murah tapi tidak terkesan murahan.
”Warung angkringan ini adalah warung wedangan khas Jawa seperti di Yogyakarta dan Solo yang sangat terkenal dengan kelezatan, keramahan, serta kemurahannya. Pokoknya kami usahakan sama seperti di tempat asalnya,” ujarnya.
Ditanya soal ide pendirian warung ini, Sendy mengaku warungnya terinspirasi oleh minimnya tempat nongkrong yang asyik, sehat, dan murah di Batam. Sebagai kota yang terus berkembang dan jumlah anak mudanya terus meningkat, Batam masih minim tempat nongkrong untuk anak muda yang terjangkau.
Ia lalu berfikir bagaimana membuat tempat yang asyik, pengunjung yang kebetulan banyak didominasi anak muda bisa ngumpul sama temen-temen sampai larut malem, nyantai, bisa sambil selonjoran, dan rebah-rebahan. Ia akhirnya ingat dengan menu angkringan Jogja yang terkenal murah meriah. ”Lama juga mikir idenya dulu, butuh perjalanan panjang,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan idenya itu, lelaki yang juga aktif sebagai MC di sejumlah iven di Batam ini, mulai bergerak mencari dan mensurvei lokasi. Beberapa pemilik tempat yang menarik, ia lobi, hingga akhirnya ia mendapat lokasi di trotoar parkiran Komplek Sulaiman Plaza, seberang Hotel Puri Garden. Tempat sudah, tinggal tenaga kerja. Untuk menyuguhkan rasa masakan yang sama dengan angkringan di Yogyakarta, ia pun menyeberang ke Pulau Jawa mencari tenaga kerja yang trampil.
Setelah semua lengkap, awal Januari ia mulai melaunching warungnya. Namun di hari pertama buka ini, mereka sudah mendapat cobaan. Ia bersama empat anggotanya malah ikut kena razia KTP dan dibawa ke kantor polisi. Kebetulan saat itu polisi sedang gencar menggelar razia di seputaran Nagoya. ”Ini pengalaman tak terlupakan,” ujarnya.
Untungnya setelah didata, mereka pun akhirnya dilepaskan kembali dan uniknya, para anggota polisi yang merazia mereka saat itu, kini malah menjadi langganan di warungnya. ”Mereka malah sering makan di sini bersama temen-temannya,” ungkap Sendy.
Melihat warungnya makin hari makin ramai, ia dan temannya Totok berencana meluaskan usahanya. Mereka kini sedang mencari tempat strategis di Batam Centre. ***


10 Komentar

  1. Well it's interesting spot to make a meeting... nice spot for rendezvous!

    and I believe you will get a great name and brand on this spot!

    BalasHapus
  2. Makan adalah soal cara. Kita semua menyebutnya sebagai nasi. Namun ketika ia dimasukkan dalam bambu dan dibakar, kita menyebutnya nasi bakar. Bila ia dibungkus daun jati, Orang Cirebon menyebutnya nasi jamblang. Dibungkus selagi hangat dengan daun pisang muda lain lagi namanya: nasi timbel. Dibungkus sejumput-kecil di Bali disebut nasi jinggo. Di Tegal orang bilang nasi ponggol. Lain lagi Wong Solo dan Wong Jogja, inilah yang populer sebagai nasi kucing.

    Nasi kucing bisa kita dibeli di sepanjang jalan di Solo dan Jogja. Di sudut-sudut gang, setiap ada keramaian tak pelak lagi, mereka pasti sedang lek-lekan, keplek ilat menyantap nasi kucing—hati-hati, karena sebagian lagi tak menyantap nasi kucing tapi Ciu Bekonang. Di Solo nasi kucing dijual di hik, sedang bila di Jogja dijajakan di gerobak angkringan. Bentuknya sama: nasi sekepal dibungkus daun pisang dengan lauk sambal bandeng atau oseng tempe. Dijual dalam gerobak yang mangkal di tempat-tempat strategis. Selain gerobak penjual menyediakan satu kursi panjang di depannya.

    Kita dapat makan secara swalayan. Di sudut kanan gerobak ada perapian, untuk menjerang tiga teko. Satu berisi air putih, satu berisi wedang jahe, satu lagi berisi teh kental—karena itu sebagian orang menyebut ‘gerobak tiga teko’. Di sebelah perapian dihamparkan macam-macam lauk dan jajanan: tempe dan tahu goreng, tempe dan tahu bacem, macam-macam sate semenjak sate usus, sate telur puyuh bacem, sate keong, sate kulit, sate (tempe) gembus, dan sate gajih sandung lamur. Masih ada jajanan: lentho, timus, combro—tanpa oncom, dan peyek. Kemudian paling kiri ditata nasi kucing bertumpuk rapi. Anda perlu sedikit jeli, karena ada sejumlah pedagang hik yang menyediakan didih—darah yang dibekukan dan digoreng. Tak perlu khawatir, di Solo toleransi ummat cukup tinggi—di samping pengonsumsi didih memang cukup banyak. Meski di jalan-jalan di jual rica-rica dan sate jamu—sate babi, tak pernah ada masalah. Anda cukup mengetahui mana yang boleh dimakan. Penjual tak memaksa dan tak bermaksud menjebak.

    Tak perlu khawatir kursi bangku tak dapat memuat pengunjung. Karena pedagang nasi kucing telah menyediakan berlembar-lembar tikar di sebelah gerobak. Bila angkringan mangkal di mulut gang, maka anda dapat makan di pinggir jalan. Benar-benar di pinggir jalan, sehingga pejalan kaki hanya berjarak satu-dua meter dari nasi kucing yang sedang anda buka. Sebagian pembeli bahkan tak suka duduk di kursi angkringan. Mereka lebih suka duduk di tikar. Menghabiskan malam dengan bercengkerama dengan kawan-kawan. Makanya, makan nasi kucing kurang dari tiga peserta tak afdol. Bersama lima orang dianjurkan.

    (Bagian 1 dari 2 bagian)

    BalasHapus
  3. Bagian 3 dari 3 bagian_

    Lalu di Jogja disebut angkringan karena demikian egaliternya warung rakyat ini pengunjung dapat meng-angkring-kan kakinya (mengangkat kakinya sambil duduk di kursi). Ukuran kesopanan di warung angkringan adalah tenggang rasa dan tepa selira dengan sesama pengunjung lainnya. Istilah angkringan lebih banyak digunakan di daerah Jogja. Sedang hik digunakan di daerah Solo meskipun bentuk, dan karakteristiknya sama persis.

    Pada awalnya nasi kucing hanya dijual di wilayah Solo dan Jogja. Karena cukup bersahabat dengan kocek mahasiswa, nasi kucing merambah hingga ke Salatiga dan Semarang yang tak punya tradisi hik dan angkringan. Nasi kucing juga dapat anda temukan di Purwokerto. Nasi kucing memang makanan anak kos. Di masa-masa krismon saat Reformasi 1998, banyak mahasiswa yang disambung hidupnya dari dua pincuk nasi kucing. Namun nasi kucing tak identik mahasiswa. Kini nasi kucing telah menyebar di seantero Jawa Tengah. Semenjak Solo ke timur hingga Ngawi, dan Magetan. Dari Jogja ke barat melintasi Purworejo, Kebumen, Purbalingga, hingga Tegal.

    Di Solo ada beberapa angkringan yang populer. Misalnya Pak Kumis di Bilangan Manahan dengan segmentasi anak gaul dan eksekutif muda. Mau yang agak ‘berat’, mampirlah di angkringan sebelah timur Monumen Pers. Di sana banyak ngumpul aktivis muda, semenjak aktivis pers, LSM, pergerakan, atau mahasiswa yang sok-sokan pengin jadi aktivis tapi belum kesampaian. Di seputar kampus anda bisa menyambangi boulevard belakang UNS persis di gerbangnya atau gerbang ‘Perahu Nabi Nuh’ ISI. Tempat lain yang ramai adalah angkringan Solagratia di Jalan Petir. Kalau saya merekomendasikan langganan saya: angkringan Yono dan Tono (Bersaudara) di depan kampus UNS bersebelahan dengan Studio Foto Modern. Angkringan Yono dan Tono (Bersaudara) ini tidak legendaris. Namun deskripsi saya soal kelengkapan jamuan angkringan dapat anda temui di angkringan ini, meski belum tentu anda temui di angkringan lain.

    Nah, kapan anda ke Solo dan mencicipi nasi kucing? Bila anda telah mencobanya, jangan ragu untuk menuliskan testimoni anda di sini.

    BalasHapus
  4. Bagian 2 dari 3 bagian)

    Lalu, mengapa nasi kucing, hik, dan angkringan? Ini ada ceritanya. Disebut nasi kucing karena porsi dan lauknya persis seperti kita akan memberi makan kucing di rumah. Lalu hik. Suku kata yang unik karena tak ada dalam kamus bahasa jawa, dan hebatnya lagi, tak ada artinya yang pasti. Sebagian mengartikan hik sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Saya katakan pada anda: jangan percaya pada tesis ini. Makna hik paling kuat yang saya dapat bersumber dari sejarah panjang tradisi kuliner ini. Idiom hik bersumber dari lagu rakyat yang dinyanyikan pada malem selikuran, tanggal 21 bulan puasa pada zaman Susuhunan Paku Buwono X: ting-ting hik, jadah, jenang, wajik, ojo lali tinge kobong (lampu-lampu minyak hik, jadah, jenang, wajik (nama-nama jajanan pasar—mpep), jangan lupa lampunya terbakar—mpep). Lagu ini memiliki makna religius yang dalam, penuh perlambang. Ting adalah lambang dari riwayat Kanjeng Nabi Muhammad SAW setelah turun dari Jabal Nur di malam Lailatul Qadar. Nabi disambut gembira oleh sahabat dengan menyalakan obor di mana-mana. Jadah, jenang, wajik merupakan jajanan pasar yang enak melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Sedang ojo lali tinge kobong memiliki makna mengingatkan akan bahaya kebakaran. Hik sendiri tidak memiliki makna religius apa-apa. Ia menjadi identitas penjual warung angkringan yang semula menjajakan makanannya dengan berkeliling kampung mendorong gerobak memikul tenong (trims Mas Santo koreksinya–mpep) sambil berteriak hiiiikk…hiiikk….

    Dalam perkembangannya pedagang hik tidak lagi menjajakan dagangannya tetapi menetap di suatu tempat-tempat yang biasanya strategis dan ramai. Penjual nasi kucing yang dianggap pionir dalam sejumlah literatur sebagai penjual nasi kucing yang mangkal adalah Pak Man. Pak Man biasa mangkal di dekat Stasiun Tugu Jogja. Hingga kini angkringan Pak Man—yang diganti anaknya Lik Man—masih ramai dikunjungi orang. Menu istimewanya kopi jos. Kopi kental manis yang diberi arang membara. Joss… Menurut penelitian mahasiswa UGM yang terinspirasi karena menjadi pelanggan setia Lik Man, arang ternyata berfungsi menyerap kafein dari kopi. Sehingga kopi jos direkomendasikan baik untuk kesehatan.

    BalasHapus
  5. WARUNG ANGKRINGAN

    NASI KUCING MALIOBORO & MBAKO TINGWE

    (Cijantung, Jl. Raya Bogor Km 25 Jakarta Timur)

    Gitu aja kok repot!

    Rindu suasana Jogya? Ingin menikmati malam di warung angkringan seperti di Jogya? Tak perlu repot-repot ke Jogya. Di Cijantung, Jl. Raya Bogor Km 25 Jakarta Timur dekat Graha Cijantung, ada Warung Angkringan Nasi Kucing Malioboro dengan menu khas yaitu nasi kucing.

    Angkringan dalam bahasa Jawa berarti nangkring atau nongkrong. Dan nasi kucing adalah nasi seukuran porsi kucing yakni sekepalan tangan (sego sak kepel) ditambah sak ipit sambel bandeng, sambel teri atau oseng tempe . Porsinya pancen mungil tapi rasanya, mak nyusss! Enak tenaaan!

    Lauknya bermacam sate, seperti sate telur puyuh, sate usus, sate kikil dll. Ada juga bacem tahu tempe , bacem kepala dan ekor, eh, ceker ayam, tempe mendoan, goreng pisang dan tahu goreng. Minuman juga beraneka, ada teh panas, wedang jahe, kopi jahe, susu jahe, wedang kopi, kopi susu, wedang tape, wedang jeruk.

    Sate-sate ataupun bacem-bacem bisa langsung disantap bersama nasi kucing. Namun kalau kita ingin sate atau bacem itu berasa nanas (panas), kita bisa minta tolong Lik Agus, Lik Joko, Lik Beni dan Jeng Beni atau Jeng Ambar, sing jogo warung, untuk membakarnya terlebih dahulu.

    Suasananya ditanggung Jogya banget. Kita bisa nangkring atau lesehan sebetah-betahnya, boleh sendiri, boleh berdua atau berombongan tanpa khawatir diusir. Warung Angkringan buka hingga larut malam kok.

    Nyantai dan nyantap, enak dan murah, ada live musiknya lagi, organ plus saxophone. Wiiih, siapa yang tak suka? Pengin nyanyi silahkan, Pengin tembang kenangan atau tembang yang lagi ngetop, pengin kroncongan atau pengin ndang-dutan, ayo saja! Sistimnya bantingan alias urunan sekedarnya buat ongkos listrik. Pokoknya ndak kuciwa dah! Harga makanan cukup murah, sebungkus nasi kucing Rp 1.500,- Setusuk sate Rp 2.000,- Sepotong bacem atau gorengan Rp 1.000,- Segelas minuman sekitar Rp 2.000,-

    Tidak hanya itu, di warung angkringan tersedia juga MBAKO TINGWE yaitu Tembakau Rokok Filter-Kretek-Aneka Rasa, juga ada Piranti Lintingnya, Pipa Filter Proteksi, Dompet Rokok Cantik, dan aneka asesori rokok. Sampeyan, akan diajari melinting rokok, sampai bisa! Ya, ritual nangkring sembari ngrokok TINGWE alias nglinting dewe mengingatkan kita pada kota Jogya, kota budaya, kota sejuta pesona, sejuta kenangan. Kraton Jogya biarkan tetap di sana , tapi nangkringnya, gaya angkringannya, boleh dong kita hadirkan di Jakarta sebagai tombo ati, tombo kangen!

    Ojo lali: NASI KUCING, MBAKO TINGWE, Pengin Nangkring, Mampiro Mrene. Mampir Mas!!!

    Salam manis dari Kucing-Kucing Girang: Lik Anton, Lik Kelik, Lik Ari, Mak Nyak, Jeng Utie, dan Jeng Ana. Nuwun. (Yo. Pri 12-07)

    BalasHapus
  6. tapi disaat jeda disediain nasi kucing(porsi untuk kucing, guyon-guyon sama temen Deky namanya, dia bilang tiap hari ibunya nyembelih ayam tapi lauknya di rumah kerupuk melulu, maklum ibunya kan penjual daging ayam,
    saya samperin la disini tiap hari nyembelih manusia makan ya melulu nasi kucing aja (nasi bungkus sebesar satu genggaman berlauk telur goreng sebesar satu jari yang dikasih sambal dan kering)

    BalasHapus
  7. Kukendarai motorku malam ini melintasi depan Monumen Pers Solo. Udara masih terasa sejuk karena sore tadi hujan mengguyur lumayan deras. Tak begitu banyak kendaraan yang lalu lalang di jalanan, sehingga bisa kuhela napas dalam-dalam tanpa khawatir banyak karbon akan masuk ke rongga paru-paruku. Lampu-lampu yang menyala temaram terlihat sedikit menyilaukan, tapi tidak membuat udara terasa panas seperti malam biasanya.

    BalasHapus
  8. Sensasi NGUPIL VS ML
    Ngupil adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada lubang hidung. Kegiatan ngupil ini biasanya dilakukan dengan menggunakan bantuan jari-jari tangan dan merupakan aktivitas yang tidak bisa dipindahtangankan ke orang lain, karena pastinya orang lain itu akan merasa jijik lantaran tidak merasa memiliki upil tersebut… Hwahahahaa....

    BalasHapus
  9. Angkringan Sego Kucing, Jakarta

    Mendengar kata angkringan, yang terbayang adalah makan malam di pinggir jalan sambil menikmati bintang-bintang dilangit dan mendengarkan alunan musik para pengamen dijalanan.
    Kali ini kami akan membawa kalian menuju angkringan di seputar Jakarta Selatan tepatnya daerah Mampang. Untuk lahan pertama yuk kita berhenti didekat TransTV. Didekat tv swasta ini kita akan menemui beberapa warung makan, mulai dari bebek ireng suroboyo nya cak baz, warung khas jawa timur yang memiliki rujak petis yang maknyus, sampai dengan angkringan sego kucing (nasi kucing), nasi ala yogyakarta.

    Ada 2 tenda makan disebelah gedung trans tv, dan salah satunya menawarkan nasi kucing. Biasanya ada beberapa lauk dalam bungkusan ini, bisa sesuir daging ayam atau pindang yang ditemani kering tempe. Menunya tak selalu tetap, tapi rasanya selalu nendang. Makan satu bungkus tak kan pernah cukup, minimal makan 2 bungkus, itupun masih ingin nambah dan nambah. Jangan lupa untuk mengambil gorengan dan ceker ayamnya juga . Hemmmmm rasanya nendang banget. Sebungkus nasi kucing ini harganya 2000. Eitss,, jangan lupa pesan teh angetnya juga, sekilas lepaskan beban pikiran kita seharian. Hasilnya tak sebanding harganya, dengan harga yang minim kita mendapatkan kesejukan hati yang luar biasa,.Walaupun dipinggir jalan tapi bisa membuat kita fresh esok paginya. Tapi jangan datang di area ini di pagi hari karena angkringan ini hanya buka di malam hari. Kalau pingin nambah lagi jangan lupa pesan indomie disebelahnya yah. Walau dirumah bisa bikin, tapi gatahu kenapa racikan dan cara memasaknya terasa beda ditambah sambil kongkow-kongkow menikmati side jakarta dimalam hari. Kalau mau nambah saya rekomendasikan untuk memesan roti bakarnya. Hemmmmm yum yum yum, lelehan coklat, keju,dan susunya tak bisa dilupakan. Andai saja roti bakar ini naik ke tempat-tempat bergengsi akan laku juga kok, karena rasanya tak kalah juga.
    imagesSetelah kita makan malam angkringan di trans tv, untuk malam berikutnya mari kita merangsak ke jalan mampang prapatan. Dibandingkan dengan angkringan di trans tv, letak angkringan di mampang prapatan ini, tepatnya didepan pasar mampang letaknya sangat mudah dicari hanya saja tak seluas dan selonggar di trans tv. Tapi jangan malas dulu, cobalah mampir sejenak. Disini jumlah lauk yang ditawarkan lebih banyak dan lengkap, dan rasanya benar-benar mirip seperti di jogja. Ah rasanya rasa kangen ke kampung halaman terpenuhi saat makan angkringan satu ini. Nasinya cukup pulen, masakannya benar-benar berempah dan berbumbu banget. Kalau disini minimal 3 juga ga akan puas makan sego kucing. Lauk tambahannya juga tak kalah, mulai dari tempe bacem, tempe goreng, ayam, tahu isi, telur puyuh yang rasanya seperti telur yang dicelup kedalam gudeg tapi dikeringkan dahulu. Nyam nyam nyam nendang dasyatnya…….dan masih banyak lauk lagi. Wah,,, tenda kecil yang menghasilkan rasa luar biasa ciamiknya…….. hebat………kapan-kapan yuk kita nangkring di angkringan mampang lagi, ahhhhh ga sabar menunggu malam dan menghabiskan berbuntel-buntel nasi lagi,pesan, nikmari dan rassksn……………….

    BalasHapus
  10. Rabu, 24/06/2009 15:43 WIB
    Garing Renyah si Bebek Kawi

    Jakarta - Sedang 'nyidam' daging bebek hari ini? Coba saja mampir ke warung bebek ini sepulang kerja nanti. Di jamin bisa bikin ketagihan. Daging bebeknya yang gurih empuk dan tak ketinggalan bumbu yang kriuk renyah jadi pendampingnya. Tapi berhati-hatilah dengan sambalnya yang nonjok abis!

    Berawal dari keinginan makan malam di warung begor milik cak Topa yang berada di Pancoran, tapi ternyata tempat itu sudah tidak ada lagi. Sedikit kecewa memang, tapi akhirnya teman saya mengajak ke kawasan Fatmawati. Katanya di sana ada warung bebek yang tak kalah dengan milik cak Topa.

    Bebek Kawi nama warungnya, awalnya saya pikir berupa sebuah rumah makan sederhana tapi ternyata adalah warung tenda. Berlokasi di Jl. Raya Fatmawati persis di depan angkringan nasi kucing Fatmawati yang sudah cukup tersohor. Suasana tenda tidak ramai hanya beberapa orang yang terlihat tengah asyik menikmati santap malam mereka. Langsung saja saya memilih menu makanan yang sudah disediakan di meja.

    Di tempat ini hanya menyediakan menu bebek bakar atupun bebek goreng dengan pilihan jenis bebek peking ataupun bebek biasa. Kalau melihat di gambar, bebek peking tampaknya menggiurkan. Jadilah bebek peking goreng saya pesan, sedangkan teman saya memilih bebek bakar.

    Harum aroma bebek yang dibakar dan digoreng langsung menguar menggelitik perut saya yang sejak tadi keroncongan. Tak berapa lama, bebek pun tersaji dihadapan. Ditaruh dalam wadah bambu beralaskan daun pisang tak ketinggalan sambal goreng dadak yang disajikan dalam sebuah cobek mungil secara terpisah.

    Bebeknya berwarna kecokelatan tampak crispy, dan tidak menyerap terlalu banyak minyak. Kering di bagian luar, saat disayat daging nya benar-benar empuk langsung terlepas dari tulangnya. Bumbunya meresap sempurna hingga ke daging bagian dalam. Berbeda dengan bebek gorengnya, bebek bakarnya tercium sedikit bau sangit yang menggoda. Dengan jejak sedikit kehitaman di beberapa bagian.

    Tidak terlalu berlumur bumbu, tapi cukup terasa. Selain itu bebeknya juga tidak alot dan tidak meninggalkan jejak BB si bebek yang terkadang bikin hilang selera makan. Bebek di warung tenda Bebek Kawi ini benar-benar diolah dengan sangat baik. Semakin mantap saat daging bebek dicocol kedalam sambal yang sedikit berminyak.

    Mata saya langsung terbelalak saat sambal menyentuh lidah. Wuih.. benar-benar seperti kesetrum! Tampilannya tidak terlihat garnag sama sekali, tapi hati-hati kalau tak suk dengan rasa pedas bisa-bisa air mata tak berhenti menglalir saat memakannya. Kremes yang mendampingi membuat rasanya jadi semakin enak saja!

    Setelah hampir selesai saya menyantapnya, saya jadi teringat dengan begor milik cak Topa. Begor Kawi ini mulai dari tampilan sampai dengan rasa mirip sekali dengan begor cak Topa. Iseng-iseng saya bertanya kepada sang penjual apakah masih ad ahubungan dengan cak Topa. Dan ternyata memang benar, pemilik Bebek Kawi ini masih ada hubungan saudara dengan cak Topa. Wah, pantas saja dari tampilan hingga rasa semuanya mirip! Harga perporsi juga relatif murah, mulai dari Rp 14.000,00 hingga Rp 18.000,00. Kalau sedang berada di kawasan Fatmawati tak ada salahnya mampir ke tempat ini.

    Bebek Kawi
    Jl. RS. Fatmawati
    (depan angkringan nasi kucing, sebelum ITC Fatmawati)
    Buka: 18.00-habis.
    ( eka / Odi )

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama