SOTO BETAWI KECAMATAN JALAN CAGAK SUBANG

SOTO BETAWI DENGAN RASA NASI GORENG RANJAU

Subang, kelanakuliner.co.cc
Keberhasilan komunikasi adalah satu hal penting dalam pemasaran satu produk, dan kualitas produk adalah hal penting lainnya. Bisa jadi keduanya saling mengikat dan mempengaruhi, bahkan terkadang tidak bisa jalan satu hal tanpa hal lainnya. Teori dan kenyataan ini yang saya dapatkan ketika berkelanakuliner di kawasan Jawa Barat, tepatnya jalur Subang Selatan.

Setelah berhasil mewawancara pemilik usaha jajanan populer asli khas Subang, yakni ibu Cucu Irianto si pengusaha Dodol Nanas Mekar Sari, kelanakuliner melanjutkan pencarian kuliner yang justru bukan makanan asli Subang namun tak kalah populer. Ya saat pertama mau mencari makanan dan tempat jajanan khas Subang, maka perlu juga mencari apa yang bukan khas Subang tapi tetap sangat laku diserbu pelanggan di kabupaten penghasil Nanas Nasional itu.

Mengingat tempat-tempat menarik sewaktu awal perjalanan keberangkatan, kelanakuliner sempat melihat plang nama unik yang membuat penasaran karena namanya saja sudah aneh terbaca. Soto Betawi (dengan banner besar) di Jalan Cagak. Lho kok bisa? Emang ada orang Subang yang asli Betawi? Atau adakah orang Betawi yang tinggal di Subang?

Demi menghilangkan rasa penasaran, kelanakuliner kembali mengambil jalan ke pusat kota Subang dari arah Purwakarta. Dan dari perjalanan inilah kelanakuliner mampir ke Soto Betawi yang ternyata pemiliknya adalah kolega lama rekan kerja di satu kantor periklanan di Jakarta. Ahhh... ternyata dunia ini memang sempit ya!?

Mas Bambang (kalau di Betawi pasti dipanggilnya Bang Bam.... hehehe), sang pemilik dan pengelola lahan yang dipanggil Uwak ini malah berniat memberi nama buat rumah makannya dengan nama Warung si Uwak. Walau sajian utamanya adalah Soto Betawi yang paling laku justru adalah Nasi Goreng Ranjau dan ramainya pada jam-jam sore di hari Sabtu Minggu. Karena itu pulalah pada pengembangan selanjutnya, lelaki yang asli kelahiran Subang 5 Juli 1958 dan tinggal di Betawi sejak tahun 1969 ini berusaha bagaimana menu unggulan Nasi Goreng Ranjaunya jadi merk dagang dan ciri khas Warung si Uwak. Satu saat nanti, katanya,  saya akan menyediakan segala jenis nasi goreng, mulai dari nasi goreng biasa, nasi goreng seafood, nasi goreng spesial, nasi goreng kambing ataupun nasi goreng ayam.

"Pokoknya impian saya Warung si Uwak, Biangnya Nasi Goreng," papar pencinta tabula-pot alias tanaman buah dalam pot ini lebih optimis.

Kelanakuliner mencoba menu andalan mas Bambang, yakni Nasi Goreng Ranjau, yang proses pembuatannya hanya beberapa menit secara terbuka dibeberkan tanpa kuatir ditiru. Mulai dari memecah telur dan menggorengnya dengan minyak serta diorak-arik dengan beberapa tetes saus Inggris. Selanjutnya proses urutan memasukkan potongan bakso (bisa juga ditambahkan yang lainnya seperti potongan daging kambing matang, potongan sosis atau daging ayam). Bumbu serta rempah yang harus dicampurkan sesuai aturan agar diperoleh rasa khas dan sesuai standar masakan ala Chef resto bertaraf internasional. Kelanakuliner perhatikan, potongan rempah hijau seperti daun sereh, cabe rawit dan rajangan bawang putih dimasukkan berikutnya. Barulah dimasukkan dua sendok besar nasi pera dan kemudian diakhiri sentuhan manis Kecap Bango, serta bumbu Royco serta garam secukupnya.

Ketika ditanya apa alasannya menggunakan Kecap Bango secara khusus, lelaki beranak dua ini menegaskan, "Sekalipun banyak orang bertanya pada saya kenapa menggunakan merk mahal untuk bumbu utamanya. Saya jawab, ya lebih baik menggunakan sedikit saja kecap mahal daripada merk murah tapi banyak dan berlebihan. Toh rasanya jauh lebih enak dan tak perlu boros, kan? ungkapnya menimpali banyaknya nasi goreng yang disajikan dengan warna gelap dan berminyak karena terlalu banyaknya bumbu serta pengolahan yang tidak memperhatian segi sehatnya. "Sayang saja saya belum berani menyebut masakan kami nasi goreng sehat," ujarnya bercanda.

Hal yang menarik perhatian kelanakuliner dari Nasi Goreng Ranjau yang memiliki potongan cabe rawit hijau ini adalah rasanya yang benar-benar tak terduga saat apa yang kita suap ke mulut. Ada pedasnya atau tidak yang tak terduga itu bagai mendapatkan ranjau (hahahahaha!). Namun yang paling aneh dari sekian kuliner yang pernah dialami adalah harganya yang bisa memuat mulut kita menganga lebih lama. Kita cuma perlu merogoh kocek Rp 5.000,- saja untuk menikmati Nasi Goreng dengan rasa basko daging sapi ini. Hmmm bukan saja maknyossss rasanya.... tapi maknyosss juga harga murahnya.

Walaupun karena harganya, Nasi Goreng Ranjau jadi pilihan favorit komunitas tertentu seperti komunitas motor yang populer di sekitar Subang dan kebanyakan dari kalangan anak muda ini, tapi banyak pelanggannya yang juga dari kalangan bermobil dan warga sekitar. Demi pelayanan buat pelanggan tertentu yang datang dari luar kota, terkadang si Uwak menerima pesanan baik melalui sms maupun telepon langsung di telepon. Biasanya dia harus tutup hingga jam 3.00 pagi agar pelanggannya bisa menikmati nasi goreng ranjaunya yang benar-benar memakan korban cintanya. Hmmm ternyata ada juga ranjau yang menyenangkan yah?

Untuk pemesanan bisa via sms atau direct call di nomor telepon di nomor telepon 085294238069. Pemesanan semetara waktu ini baru hanya Take Away dan Dine In. Buruan datang ke Warung si Uwak dan serbu ranjaunya yang sensasional itu.

Sidik Rizal - dobeldobel.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama