Ayam Goreng Bakar SAWIT

Menu Sederhana Ayam Kampung Asli Bumbu Kecap
Mampu Bertahan dari Isyu Flu Burung

Kelapa Gading - kulinerkuliner.com
Ayam kampung jauh lebih disukai, karena kadar lemaknya juga jauh lebih sedikit dan kadar obat-obatan kimia jauh lebih sedikit. Itulah sebabnya sang pemilik merk Ayam Goreng dan Bakar Sawit memilihnya sebagai dagangan unggulan. Meski jauh lebih mahal, tapi Om Luki, demikian sang pengelola akrab disapa lebih memilih ayam kampung sebagai bahan dasar olahannya.


Di pasar tradisional mencari ayam broiler atau ayam negeri memang banyak, tapi cari ayam kampung ternyata juga jauh lebih banyak. Tak heran orang-orang kos dan warga sekitar jadi jatuh hati dengan olahan masakan om Luki yang menggunakan ayam kampung.

Om Luki, lelaki berusia 50-an tahun ini adalah jebolan sekolah teknik kelistrikan yang berangkat dari iseng-iseng buka usaha ayam bakar Sawit dan kini dirinya mengaku keterusan berdagang Ayam Goreng Sawit. Sedangkan nama Sawitnya karena saat buka pertama kali di jalan Kelapa Sawit Komplek perumahan Kelapa Gading. Konon sejarahnya Ayam Goreng dan Bakar Sawit adalah yang pertama ada di Kelapa Gading, dan barulah bermunculan usaha serupa setelah om Luki berjalan beberapa tahun kemudian dan Jalan raya Sawit di bilangan Kelapa Gading itu mulai ramai dilalui orang.

Pengalaman Pahit Berdagang
Rupanya proses panjang berdagang om Luki tak semulus waktu dilalui. Ada masa dimana dirinya mengalami kesulitan dan bahkan nyaris ambruk melanjutkan dagang ayam bakar sera ayam gorengnya. "Pada saat flu burung (menimpa), bikin 100 potong aja gak laku," kenang om Luki sedih. Pengalaman pahit yang dialaminya itu dimana banyak orang paranoid untuk mengkonsumsi ayam olahan di resto-resto di sekitar awal tahun 2000-an. Otomatis usahanya nyaris bangkrut.

Usaha dagang buka rumah makan ayam bakar memang tidak gampang. Om Luki lelaki kelahiran Jakarta 28 September 1956 ini mengakui dia sudah melewati waktu 5 tahun untuk mengembangkan usaha ayam goreng dan bakarnya. "Dulu saya mulai dengan menjual 100 potong atau 25 ekor ayam dan bisa habis laku terjual dalam waktu 3 hari," papar lelaki jangkung berkacamata ini.

Di tahun 2008 usahanya mulai merangkak naik. Namun begitu sampai sekarang pun masih ada saja masalah yang dihadapinya. Karena persaingan usaha serupa yang benar-benar tinggi, maka om Luki mulai melakukan sebar brosur baru dengan sosialisasi cara pemotongan, pemasakan dan penyajian. Hal ini dilakukan demi menghilangkan trauma masyarakat terhadap isyu wabah flu burung yang sudah membuat anjlok penjualan usaha sejenis.

Meskipun om Luki mempunyai saudara pengusaha minyak besar dan kaya, dirinya mengaku tidak pernah memanfaatkan dan minta bantuan dalam segi permodalan. Dirinya hanya mau mandiri dan merasa nyaman tak perlu berhutang dan meminta bantuan dari saudaranya, meskipun dia mengaku memang membutuhkan.

"Bagi saya, usaha rumah makan ini rahasianya da pada bumbu," bebernya kepada kulinerkuliner.com. Bumbu khas Jawa dari lelaki dengan 2 anak ini adalah beberapa rempah di antaranya kemiri dan kawan-kawannya, ujarnya tanpa bermaksud melucu. Saya pun tersenyum mendengarnya. Khusus untguk sausnya, om Luki hanya menyajikan sambel kecap saja.

Ayam Goreng dan Bakar Sawit ini biasanya dipesan untuk acara-acara office gathering, arisan keluarga dan pesta ulang tahun oleh orang-orang warga sekitar Kelapa Gading yang pernah dan tahu jalan Kelapa Sawit. Dan tak jarang beberapa pelanggannya dari luar kota khusus hanya mencari menu resep istimewanya yang sederhana. "Pernah beberapa kali orang dari luar kota seperti Bandung yang datang ke sini hanya untuk memesan ayam bakar Sawit kami," pungkas cerita om Luki kepada saya. Anda tertarik dengan kelezatan ayam goreng dan bakar Sawit yang legendaris di Kelapa Gading ini? Silakan meluncur ke jalan Sawit Raya, insya Allah Anda akan bisa menemui resto ayam goreng ini berjejeran dengan Home Made Burger yang kebetulan juga merupakan usaha keponakannya sendiri.

Sidik Rizal

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama