Wisata Kuliner Tidak Mendidik?

Program WISATA KULINER TV Tidak Mendidik?

Memang menarik… menggiurkan… dan menggugah selera.  Sering menyimak tayangannya, saya jadi punya analisis, pada dasarnya tayangan wisata kuliner di mungkin semua stasiun TV kurang mendidik, apa pasal?

Betapa selera makan kita “dipermainkan” ketika kita melihat tayangan wisata kuliner di televisi. Kita jadi “kemecer” (air liur menetes karena selera makan kita dibangkitkan). Melihat langsung cara pengolahannya, cara makan yang sangat bernafsu serta ditambah komentar host yang seolah-olah makanan itu sangatlah menggiurkan…..Cukup itukah yang kita harapkan bersama??


Setelah dipikir-pikir, pesan utama tentang tayangan ini semestinya tidak hanya ENAK/NIKMAT, tapi harusnya juga SEHAT… Cobalah perhatikan adakah wisata kuliner yang membahas aspek SEHAT itu… Yang saya amati tidak ada!

Kebanyakan adalah sajian yang lezat, gurih, berlemak (kolesterol).  Ini adalah bentuk makanan yang relatif kurang sehat jika dikonsumsi berlebihan, apalagi tiap hari.  Tak jarang kita dengar, di sekitar kita, orang-orang yang suka makan “enak” banyak yang dihinggapi penyakit, mulai masalah kolesterol (penyempitan pembuluh darah), kegemukan, asam urat tinggi, dll.


Saya punya keyakinan, masalah serupa akan menghantui para host sendiri yang terus menerus menyantap hidangan dalam wisata kuliner tanpa diimbangi dengan proporsi makanan sehat (yaitu sajian yang tinggi serat dan vitamin, seperti sayuran dan buah segar)…

Lalu bagaimana semestinya tayangan wisata kuliner itu agar ada bagian yang lebih mendidik? Bagi sementara orang yang sudah peduli dengan pola makan sehat atau yang mulai menjalankan diet (vegetarian, food combining, dsb) apa yang disajikan dalam tayangan wisata kuliner ini, hanya dijadikan sebagai sajian insidental. Sekali-sekali saja. Tidak tiap hari. Katakanlah seminggu sekali/dua kali. LAlu, apa yang setiap hari kita santap?  Ya pola makan yang mempertimbangkan keseimbangan gizi.

Yang ingin saya dengar dari tayangan Wisata Kuliner di tv itu adalah host-nya bilang “Walaupun sajian ini wuenaknya polll… tapi sebaiknya sesekali saja.. untuk memanjakan lidah… “

“Mengonsumsi sajian enak ini juga jangan sampai terlalu kenyang… Berhenti sebelum kenyang “

“Agar komposisi gizinya lebih seimbang.. seyogyanya konsumsi pula buah dan sayuran, terutama yang segar, juga ndak boleh ditinggalkan dalam menu harian…”

Atau kalau memang mengandung kolesterol tinggi, harusnya host-nya jujur untuk mengatakan:

Pak Bondan, Wisata Kuliner TransTV
“Sajian ini memang lezat dan kandungan lemak /kolesterolnya sangat tinggi… Jadi untuk yang punya masalah kolesterol maupun masalah obesitas perlu berhati-hati ya….”

Hal-hal seperti ini yang jarang (tidak pernah) saya dengar dari para host.  Dari segi fisik pun para hostnya banyak yang tambun (kegemukan?) dan bisa jadi kalau dicek kadar kolesterolnya mungkin tinggi juga…. Saya cenderung untuk memilih dan setuju jika host-nya punya pengetahuan tentang pola makan sehat.

YANG PENTING JUGA, resep enak dari makanan itu juga perlu digali…. Soto Palbas di Makassar atau Soto Bangkong di Semarang misalnya… resep kelezatannya adalah pada kesegaran bahannya serta proses memasaknya yang menggunakan api dari arang dan memakai kuali (tanah liat)… Hal-hal unik seperti ini tentu juga bisa diulas oleh para host…

Jadi, tayangan tidak hanya memberi informasi tentang makanan-makan enak itu apa saja dan bisa ditemui di mana saja? Tetapi juga memberi informasi tentang status makanan enak itu, apakah menyehatkan, atau apakah perlu makanan pendamping untuk menetralisir atau menyeimbangkannya, serta hal-hal penting dan menarik lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk hidup SEHAT….

Ingat, ENAK dan LEZAT hanya sekadar di mulut saja. Setelah masuk ke kerongkongan dan lambung, maka makanan itu hanya punya 2 tujuan: MENYEHATKAN atau malah MEMBUAT SAKIT/MASALAH tubuh kita.

Karena itu, menurutku, jangan sekadar tergiur kenikmatan sesaat, tapi mari kita pikirkan kesehatan tubuh lewat makanan yang masuk dalam perut kita.

Punya analisis lain?

Salam Kompasiana
Sumber: Gunawan Eswe Penyuara hati

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama