Murah Harganya Kalahkan Rasa Mahal Ayam Congcotnya
Subang - kelanakuliner.co.cc
Bila Anda sedang berkunjung ke wilayah Subang dan menyusuri jalan dari Subang Kota menuju Sadang yang naik turun sangat curam, pasti akan melewati sebuah tikungan tajam dan sebuah resto masakan khas Sunda yang bernama RM Urang Lembur. RM Urang Lembur yang sering disebut banyak orang sebagai rumah makan Lembur Kuring ini memang berkesan sangat ekslusif bagi kalangan bermobil saja. Tapi siapa nyana, ternyata ada menu unggulan yang begitu digemari kaum muda dan anak sekolahan serta para mahasiswa di kawasan Subang Kota sebagai menu favorit mereka buat menghabiskan waktu bersama teman.
Bertemu dengan sang manajer operasional, M. Ruffy sudah merupakan kehormatan langsung dari sang wakil pemilik rumah makan yang bernuansa etnis tradisional ini. RM Urang Lembur yang luasnya tidak kurang dari 4.900 meter persegi dengan lahan berundak-undak dan masih ada sebagian lahannya yang berupa pesawahan, membuat nuansa saung dan pedesaan semakin kental. Semakin kita ke dalam dan menuruni rumah makan ini maka semakin kuat keteduhan dan kenyamanan gaya kampung yang bisa bikin rindu siapa saja yang pernah berkunjung.
Bila dulu sudah ada perwakilan dari wisata kulinernya pak Bondan Winarno yang telah mencicipi menu unggulan mereka berupa ikan gurame, maka kini menu baru berupa Ayam Nyongcot dan Ayam Botram belum sama sekali terekspos. Kelanakuliner beruntung merupakan media pertama yang bisa mencicipi Ayam Congcot (sebagian orang menyebutnya Ayam Nyongcot) serta Ayam Botram untuk publikasi dalam tulisan ini. (Hmmmm... Mr BW, I think I am the first who taste this one).
Ayam Nyongcot sejatinya adalah sebuah olahan masakan ayam negeri yang disajikan sedemikian rupa dengan nasi berbentuk kerucut dibungkus daun pisang yang dalam bahasa Sunda disebut nyongcot. Hanya dengan merogoh kocek Rp 9.000,- setiap orang baik itu mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung bisa menikmatinya. Terbukti dalam waktu promosi kurang dari 2 bulan, permintaan terhadap Ayam Nyongcot meningkat pesat. Dalam dua bulan terakhir sedikitnya sudah lebih 200 ekor ayam negeri yang telah dijadikan menu Ayam Nyongcot. Perlu diingat bahwa satu ekor ayam negeri bisa menghasilkan 6 potong porsi. Jadi setidaknya ada 1200 porsi telah laku. Loh, kok bisa? Ternyata menu Ayam Nyongcot yang disajikan dalam bentuk ayam bakar ini begitu mengena di lidah kaum muda. dan itu satu kiat strategi yang berhasil dilakukan oleh RM Urang Lembur.
Urang Lembur sendiri artinya adalah Orang Kampung. Jelas beda dengan Lembur Kuring yang dalam bahasa Sunda artinya adalah Kampung Saya (Sendiri). Tapi entah mengapa rumah makan yang tepat di tikungan tajam jalan keluar dari Subang menuju Sadang ini masih saja salah sebut. Itulah enaknya menjadi terkenal, orang sering salah ucap dan salah sebut. RM Urang Lembur yang mempunyai pintu gerbang berdesain arsitektur tradisional Bali ini menawarkan bukan saja menu ekonomis seperti Ayam Congcot tapi juga Ayam Botram. Botram yang dalam bahasa Sunda berarti Buat Rame-Rame ini memang menu yang berukuran jumbo. Satu ekor ayam goreng dengan menu lalapan dan nasi komplit beserta lauk pauk lainnya dan tentunya sambal terasi yang sangat menggoda.
"Ceritanya, dulu sering sekali sekumpulan ibu-ibu kampung yang ngariung bersama para tetanggal lainnya sambil mencoba membuat menu masakan. Ada yang patungan ngasih sambal, yang lainnya ayam goreng, lalu nasi timbel dan semuanya dijadikan satu yang dikenal mereka dengan sebutan botram. Buat rame-rame. Dari sinilah istilah menu masakan kami diambil namanya." papar Ruffi kepada kelanakuliner.
Sang manajer kelahiran Bandung, 14 Juni 1966 dan tampak lebih muda dari usianya ini menargetkan pasar menu unggulan Ayam Congcotnya adalah kaum muda yang biasanya dari para mahasiswa, pelajar dan komunitas tertentu. "Sedangkan untuk Ayam Botram, kami lebih spesifikasikan buat kalangan menengah atas. Itulah sebabnya menu masakannya menggunakan ayam kampung yang jauh lebih mahal dan porsinya juga lebih besar," imbuh Ruffi.
Karena semakin banyak dan membludaknya pengunjung dari kalangan muda, kemudian menghindari kejadian serta kesan RM Urang Lembur menjadi tempatnya kaum muda berpacaran, maka jam buka tutupnya kami sesuaikan dengan keadaan lingkungan. "Kini kami hanya buka mulai dari jam 09.00 pagi hingga jam 20.00" katanya beralasan demi pencitraan positif RM Urang Lembur yang memang bernuansa sangat romantik dan klasik ini.
RM Urang Lembur Subang yang merupakan cabang kedua dari pusatnya di Bandung adalah milik seorang pengusaha Ir. Hutomo BP. Sang pemilik mempercayakan penuh pengelolaan R Urang Lembur kepada Ruffi karena banyak alasan, tapi salah satunya adalah pertemanan mereka yang sudah lama, dan Ruffi sangat mengerti konsep produk serta aspek lingkungan dimana dulu ia pernah tinggal lama.
Tapi yang paling penting dari liputan kali ini adalah bagaimana nikmatnya ayam broiler (ayam negeri) menjadi sebuah sajian ayam bakar dengan nasi kerucut (congcot) ditambah rebusan sayuran segar (sebenarnya lebih tepat sayuran yang dicelupkan ke dalam air panas dalam beberapa detik) dan sambal terasi yang top markotop. Sambil bisa juga kita menikmati Ayam Botram dengan sambel ijo yang Yes Markoyes, menu masakan ayam kampung yang luar biasa lezat dengan menu sayur asam dan lalapan seta nasi timbel yang begitu menggugah nostalgia kampung di tanah pasundan. Pasti sebuah pengalaman dan sensasi lidh yang tak terlupakan. Mau mencoba?
Sidik Rizal - dobeldobel.co.cc
Bertemu dengan sang manajer operasional, M. Ruffy sudah merupakan kehormatan langsung dari sang wakil pemilik rumah makan yang bernuansa etnis tradisional ini. RM Urang Lembur yang luasnya tidak kurang dari 4.900 meter persegi dengan lahan berundak-undak dan masih ada sebagian lahannya yang berupa pesawahan, membuat nuansa saung dan pedesaan semakin kental. Semakin kita ke dalam dan menuruni rumah makan ini maka semakin kuat keteduhan dan kenyamanan gaya kampung yang bisa bikin rindu siapa saja yang pernah berkunjung.
Bila dulu sudah ada perwakilan dari wisata kulinernya pak Bondan Winarno yang telah mencicipi menu unggulan mereka berupa ikan gurame, maka kini menu baru berupa Ayam Nyongcot dan Ayam Botram belum sama sekali terekspos. Kelanakuliner beruntung merupakan media pertama yang bisa mencicipi Ayam Congcot (sebagian orang menyebutnya Ayam Nyongcot) serta Ayam Botram untuk publikasi dalam tulisan ini. (Hmmmm... Mr BW, I think I am the first who taste this one).
Ayam Nyongcot sejatinya adalah sebuah olahan masakan ayam negeri yang disajikan sedemikian rupa dengan nasi berbentuk kerucut dibungkus daun pisang yang dalam bahasa Sunda disebut nyongcot. Hanya dengan merogoh kocek Rp 9.000,- setiap orang baik itu mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung bisa menikmatinya. Terbukti dalam waktu promosi kurang dari 2 bulan, permintaan terhadap Ayam Nyongcot meningkat pesat. Dalam dua bulan terakhir sedikitnya sudah lebih 200 ekor ayam negeri yang telah dijadikan menu Ayam Nyongcot. Perlu diingat bahwa satu ekor ayam negeri bisa menghasilkan 6 potong porsi. Jadi setidaknya ada 1200 porsi telah laku. Loh, kok bisa? Ternyata menu Ayam Nyongcot yang disajikan dalam bentuk ayam bakar ini begitu mengena di lidah kaum muda. dan itu satu kiat strategi yang berhasil dilakukan oleh RM Urang Lembur.
Urang Lembur sendiri artinya adalah Orang Kampung. Jelas beda dengan Lembur Kuring yang dalam bahasa Sunda artinya adalah Kampung Saya (Sendiri). Tapi entah mengapa rumah makan yang tepat di tikungan tajam jalan keluar dari Subang menuju Sadang ini masih saja salah sebut. Itulah enaknya menjadi terkenal, orang sering salah ucap dan salah sebut. RM Urang Lembur yang mempunyai pintu gerbang berdesain arsitektur tradisional Bali ini menawarkan bukan saja menu ekonomis seperti Ayam Congcot tapi juga Ayam Botram. Botram yang dalam bahasa Sunda berarti Buat Rame-Rame ini memang menu yang berukuran jumbo. Satu ekor ayam goreng dengan menu lalapan dan nasi komplit beserta lauk pauk lainnya dan tentunya sambal terasi yang sangat menggoda.
"Ceritanya, dulu sering sekali sekumpulan ibu-ibu kampung yang ngariung bersama para tetanggal lainnya sambil mencoba membuat menu masakan. Ada yang patungan ngasih sambal, yang lainnya ayam goreng, lalu nasi timbel dan semuanya dijadikan satu yang dikenal mereka dengan sebutan botram. Buat rame-rame. Dari sinilah istilah menu masakan kami diambil namanya." papar Ruffi kepada kelanakuliner.
Sang manajer kelahiran Bandung, 14 Juni 1966 dan tampak lebih muda dari usianya ini menargetkan pasar menu unggulan Ayam Congcotnya adalah kaum muda yang biasanya dari para mahasiswa, pelajar dan komunitas tertentu. "Sedangkan untuk Ayam Botram, kami lebih spesifikasikan buat kalangan menengah atas. Itulah sebabnya menu masakannya menggunakan ayam kampung yang jauh lebih mahal dan porsinya juga lebih besar," imbuh Ruffi.
Karena semakin banyak dan membludaknya pengunjung dari kalangan muda, kemudian menghindari kejadian serta kesan RM Urang Lembur menjadi tempatnya kaum muda berpacaran, maka jam buka tutupnya kami sesuaikan dengan keadaan lingkungan. "Kini kami hanya buka mulai dari jam 09.00 pagi hingga jam 20.00" katanya beralasan demi pencitraan positif RM Urang Lembur yang memang bernuansa sangat romantik dan klasik ini.
RM Urang Lembur Subang yang merupakan cabang kedua dari pusatnya di Bandung adalah milik seorang pengusaha Ir. Hutomo BP. Sang pemilik mempercayakan penuh pengelolaan R Urang Lembur kepada Ruffi karena banyak alasan, tapi salah satunya adalah pertemanan mereka yang sudah lama, dan Ruffi sangat mengerti konsep produk serta aspek lingkungan dimana dulu ia pernah tinggal lama.
Tapi yang paling penting dari liputan kali ini adalah bagaimana nikmatnya ayam broiler (ayam negeri) menjadi sebuah sajian ayam bakar dengan nasi kerucut (congcot) ditambah rebusan sayuran segar (sebenarnya lebih tepat sayuran yang dicelupkan ke dalam air panas dalam beberapa detik) dan sambal terasi yang top markotop. Sambil bisa juga kita menikmati Ayam Botram dengan sambel ijo yang Yes Markoyes, menu masakan ayam kampung yang luar biasa lezat dengan menu sayur asam dan lalapan seta nasi timbel yang begitu menggugah nostalgia kampung di tanah pasundan. Pasti sebuah pengalaman dan sensasi lidh yang tak terlupakan. Mau mencoba?
Sidik Rizal - dobeldobel.co.cc
Posting Komentar