Hidupkan Lagi Legenda Kelezatan Yang Pernah Hilang
Sate Pojok Rawamangun Warung Pak Aca
Sate Pojok dengan bumbu rahasianya |
Sudahlah jadi kebiasaan orang, bila mengenal kelezatan satu sajian di tempat makan tertentu, maka dia tak akan berpindah ke lain tempat. Sekalipun kemudian tempat makan itu hilang (dari peredaran... entah kemana), maka memori yang terekam dalam syaraf ujung lidah mereka akan selalu menanti kehadirannya kembali entah kapan dan dimana.
Jadi ongkrongankomunitas Hrley Davidson |
mudah dicarinya kok |
Sebenarnya sih nggak juga, karena sudah beberapa kali saya melewati jalan Pekayon antara Kemang Pratama dan Perum Galaxy mata saya sering tak sengaja menangkap nama Sate Pojok Pekayon dengan tulisan putih terang berlatar belakang merah indigo yang enak dilihat.
Eits... tadi apa namanya? Oh iya... SATE POJOK PEKAYON. Nah nama yang unik untuk kita ngulik, bukan? Ya... kenapa Sate Pojok? Apa karena lokasinya di pojok atau... satenya cuma ada di pojokan tusuk satenya aja... tengahnya nggak ada sate? Hehehehe.... ngarang aja!
Sate Pojok yang legendaris itu |
Saat itu di tahun 70-an hingga 80-an, Sate Pak Aca yang ada di Sate Pojok begitu terkenal, bahkan mungkin termasuk salah satu tempat makan pertama yang paling rame sebelum lintasan kuliner di jalur menuju terminal Rawamangun ada di awal tahun 1990-an.
Feny - the manager |
"Untuk resep bumbunya tetap mama yang bikin, karena mama ikut "mbah kakung" (pak Aca) dari kecil dan selalu membantu mbah hingga masa remaja. Jadi beliau hapal betul resep bumbu rahasia Sate Pojok," papar Feny, wanita yang bersuamikan Aji ini menambahkan tentang menu unggulan warisan pak Aca yang masih dipertahankan dalam sajian di Sate Pojok Pekayon.
Kelezatan Legendaris Resep Turun Temurun? |
Pada kunjungan pertama kulinerkuliner.com kali ini, sajian sop iga ala Sate Pojok dan Sate Kambing ala Sate Pojok sebagian menu pembuka. Hmmmm, harus diingat, gigi lemah dan ompong saya nggak mau berkompromi dengan daging kambing atau sapi yang alot dan keras. Apalagi seratnya susah dikunyah... wah udah nggak zaman deh! Pokoknya kalau gigi ompong saya yang rapuh ini bisa kompromi dan lidah mau menari, maka Sate Pojok memang pantas untuk direkomendasi.
Sialnya..... ternyata Sate Pojok lembut banget di gigi saya... cuma sekali kunyah, maka tekstur daging kambing yang dibakar setengah matang ini dengan mulusnya bergulingan di antara gigi lunak saya. Hmm... lezatnya memang pantas dapat 3 jempol.... (tahu kan kenapa? karena satu jempol lagi kan lagi megang tusuk satenya! Hehehehe...!).
Demikian juga sop iganya... ini yang lebih sensasional.... saking lembutnya itu potongan daging iga yang masih menempel di tulang rusuknya, gampang banget dipotong sama sendok. Bukan pisau daging loh! Dan juga nggak perlu pake garpu. Saking lembut dan lunaknya, daging iga bisa dipotong dan saya suap dengan satu tangan. Wah... entu daging sapi begitu enjusi (juicy)... ditambah aroma dan rasa rempah yang nendang ke seluruh rongga mulut saya. Busyet... ini mah sajian resto hotel berbintang... tapi anehnya kok harganya warung pinggir jalan?
Tempat kumpulnya banyak komunitas |
Ok deh... liputan kali ini tentang kelezatan sate kambing khas pojok yang empuk dan juicy akan kita bahas pada liputan selanjutnya.Yang jelas kalau para pembaca kepingin berkunjung ke Sate Pojok Pekayon, maka perhatikan saja jam tayangnya, yakni mulai buka dari jam 10.00 pagi hingga jam 11.00 malam. Tapi bila ada pengunjung (seperti yang sudah-sudah seh), ada komunitas motor gede, Harley Davidson Bekasi yang kebanyakan tinggal di Kemang Pratama dan Galaxy, yang mesen tempat di Sate Pojok Pekayon sebagai meeting point.
Biasanya komunitas moge ini booking tempat sampai jam 2.00 dini hari saat malam mingguan. Wah benar-benar banana... eh maksudnya, benar-benar memberikan kepuasan layanan kepada pelanggan. Pantas bila Sate Pojok dijadikan meeting point rutin (per minggu atau bulannya?). Anda tertarik juga menjadikan Sate Pojok sebagai tempat ketemuan atau rendezvous? Hubungi saja (021) 9346.1965
Sidik Rizal - kulinerkuliner.com
Posting Komentar